Jumat, 27 September 2013

Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan


Sejarah Perkembangan Ilmu Pengetahuan

BAB I
PENDAHULUAN

1.       Latar belakang

“Sejarah tertulis berisi rekaman yang sangat sporadis dan tidak lengkap”, demikian Gordon Childe menulis, “tentang apa yang telah manusia lakukan di berbagai belahan dunia selama lima ribu tahun terakhir”. Idealnya sejarah adalah rekaman tentang semua rentetan peristiwa yang telah terjadi, yang berfungsi sebagai pengungkap segala sesuatu sesuai dengan fakta yang ada tanpa distorsi sedikitpun, tetapi pada kenyataannya ia hanya mengungkap sebagian rentetan peristiwa tersebut dan tidak bisa lepas sepenuhnya dari rekayasa yang biasanya dilakukan oleh penguasa politik.
Di dalam sejarah, ada juga yang bernama sejarah ilmu, dan pada dasarnya merupakan sejarah pikiran umat manusia yang terlepas dari asal usul kebangsaan maupun asal mula negara, dan pembagian lintasan sejarah ilmu yang paling tepat adalah menurut urutan waktu dan bukan berdasarkan pembagian negara, lintasan sejarah ilmu terbaik mengikuti pembagian kurun waktu dari satu zaman yang terdahulu ke zaman berikutnya.
Sebelum memaparkan sejarah ilmu pengetahuan, di sini akan di jelaskan secara singkat perbedaan antara pengetahuan dan ilmu agar tidak terjadi kesalahpahaman. Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang terklasifikasi, tersistem, terstruktur, dan terukur serta dapat dibuktikan kebenarannya secara empiris. Sementara itu, pengetahuan adalah keseluruhan pengetahuan yang belum tersusun, baik mengenai metafisik maupun fisik. Dapat juga dikatakan pengetahuan adalah informasi yang berupa common sense, sedangkan ilmu sudah merupakan bagian yang lebih tinggi dari itu karena memiliki metode dan mekanisme tertentu. Jadi ilmu lebih khusus daripada pengetahuan, tetapi tidak berarti semua ilmu adalah pengetahuan.
1.       Rumusan masalah
Dalam makalah ini akan membahas beberapa tahapan periodisasi perkembangan ilmu, tahapan tahapan tersebut di antaranya :
§  Ilmu pengetahuan pada zaman purba
§  Ilmu pengetahuan pada zaman yunani kuno
§  Ilmu pengetahuan pada zaman abad pertengahan
§  Ilmu pengetahuan pada Zaman Renaissance
§  Ilmu pengetahuan pada zaman kontemporer


BAB II
PEMBAHASAN

1.       A.    Ilmu Pengetahuan Zaman Purba
Di dalam zaman purba secara garis besar ada dua masa yang tercatat, masa itu di antaranya :
§  Zaman batu
Mencakup masa antara 4.000.000 tahun sebelum masehi sampai kira-kira 20.000/10.000 tahun sebelum masehi. Adapun bahan-bahan yang ditemukan pada zaman ini antara lain :
1.      Alat-alat dari batu dan tulang.
2.      Tulang-belulang hewan
3.      Sisa-sisa beberapa tanaman.
4.      Gambar dalam gua.
5.      Tempat-tempat penguburan.
6.      Tulang belulang manusia purba.
Menurut beberapa penelitian secara mendalam, peninggalan-peninggalan diatas kecuali gambar dan tempat penguburan merupakan kebudayaan, karena perbaikan bentuk membuktikan bahwa makhluk tersebut jika dilihat dari sisi psikologis ada kemampuan-kemampuan yang apabila diurutkan sebagai berikut :
a.       Kemampuan mencetuskan konsep tentang alat.
b.      Kemampuan menghayati dan mengalamiri
c.       Kemampuan membedakan dan memilih.
d.      Kemampuan untuk bergerak maju (progres).
Setelah beberapa ratus ribu tahun manusia purba menemukan alat-alat batu, maka disusul menemukan api, dan perunggu dan besi. Dan akhirnya berhasil mendapatkan tanaman dan ternak.
§  Masa 15.000 – kurang lebih 600 tahun sebelum masehi
Pembatasan yang dilakukan tidaklah merupakan batasan yang tajam dan pasti, hal ini dilakukan agar memudahkan dan sebagai acuan dasar pemikiran. Selain itu, peristiwa yang dijelaskan disini hanyalah khusus peristiwa-peristiwa yang terjadi di lautan tengah, karena di daerah ini sudah cukup banyak bahan yang terkumpul dan memperlihatkan bagian-bagian yang cukup jelas dan juga daerah ini merupakan daerah yang berhubungan erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan modern.
Warisan pengetahuan berdasarkan empirik dan pelaksanaannya, mendasari kehidupan zaman ini secara luas. Tetapi atas dasar yang luas tersebut, tumbuh soal-soal baru, yaitu kemampuan menulis-membaca dan berhitung.
Kemampuan menulis-membaca. Dengan adanya kemampuan menulis, maka peristiwa dapat segera dicatat, sehingga tingkat kesalahan dapat diperkecil sekecil mungkin. Maka, pengetahuan dapat mencapai masyarakat yang lebih luas daripada yang dapat dijangkau oleh penyebaran dari mulut ke mulut saja (socialization of knowledge). Hal ini mengakibatkan kemajuan yang dicapai dalam jangka waktu kurang  lebih 10.000 tahun ini besar sekali, jauh lebih pesat daripada yang terjadi pada zaman batu, yang berlangsung selama kira-kira dua juta tahun. Sebagai buktinya, pada zaman ini banyak muncul kerajaan besar seperti Mesir, Sumeria, Babylon, Niniveh, India, Cina, dan sebagainya.
Kemampuan Berhitung. Timbulnya kemampuan ini melalui proses yang serupa dengan kemampuan menulis.
Manusia zaman batu tidak meninggalkan bukti-bukti tentang kemampuan berhitung. Namun, oleh karena mereka sudah mempunyai ternak, maka dimungkinkan perhitungan terjadi tanpa menghitung 1-2-3-4 dan seterusnya. Secara teoritis mereka mungkin menempuh cara yanng dalam metematika modern disebut sebagai mapping procces (tallying).
Kalau diringkaskan, maka zaman purba diiatndai oleh 5 kemampun, yaitu:
1.      Know how dalam kehidupan sehari-hari
2.      Pengetahuan yang berdasarkan pengalaman. Pengalamna itu diterima sebagai fakta oleh sikap receptive mind, yang kalaupun ada keterangan tentang fakta tersebut, maka keterangan itu bersikap mistis, magis, dan religius.
3.      Kemampuan menemukan abjad dan natural number system berbagai jenis siklus, yang kesemuanya berdasarkan proses abstraksi.
4.      Kemampuan menulis, berhitung, dan menyusun kalender, yang kesemuanya berdasarkan proses sintesa terhadap hasil abstraksi yang dilakukan.
5.      Kemampuan meramalkan berdasarkan peristiwa-peristiwa fisis, misalnya seperti gerhana bulan.
Terlepas dari perbedaan pendapat mengenai permulaan zaman pra-sejarah dan zaman sejarah, dapat ditarik kesimpulan bahwa ilmu lahir seiring dengan adanya manusia di muka bumi hanya saja penamaan ilmu-ilmu itu biasanya muncul belakangan. Penekanan terhadap kegunaan dan aplikasi cenderung lebih diutamakan daripada penamaannya.
1.       B.     Ilmu Pengetahuan Zaman Yunani Kuno
Yunani kuno sangat identik dengan filsafat. Ketika kata Yunani disebutkan, maka yang terbesit di pikiran para peminat kajian keilmuan bisa dipastikan adalah filsafat. Padahal filsafat dalam pengertian yang sederhana sudah ada jauh sebelum para filosof klasik Yunani menekuni dan mengembangkannya. Filsafat di tangan mereka menjadi sesuatu yang sangat berharga bagi perkembangan ilmu pengetahuan pada generasi-generasi setelahnya.
Ia ibarat pembuka pintu-pintu aneka ragam disiplin ilmu yang pengaruhnya terasa hingga sekarang. Sehingga wajar saja bila generasi-generasi setelahnya merasa berhutang budi padanya, termasuk juga umat Islam pada abad pertengahan masehi bahkan hingga sekarang. Tanpa mengkaji dan mengembangkan warisan filsafat Yunani rasanya sulit bagi umat Islam kala itu merengkuh zaman keemasannya. Begitu juga orang Barat tanpa mengkaji pengembangan filsafat Yunani yang dikembangkan oleh umat Islam rasanya sulit bagi mereka membangun kembali peradaban mereka yang pernah mengalami masa-masa kegelapan menjadi sangat maju dan mengungguli peradaban-peradaban besar lainnya seperti sekarang ini.
Filosof alam pertama yang mengkaji tentang asal-usul alam adalah Thales (624-546 SM), setelah itu Anaximandros (610-540 SM), Heraklitos (540-480 SM), Parmenides (515-440 SM), dan Phytagoras (580-500). Thales, yang dijuluki bapak filsafat, berpendapat bahwa asal alam adalah air. Menurut Anaximandros substansi pertama itu bersifat kekal, tidak terbatas, dan meliputi segalanya yang dinamakan apeiron, bukan air atau tanah. Heraklitos melihat alam semesta selalu dalam keadaan berubah. Baginya yang mendasar dalam alam semesta adalah bukan bahannya, melainkan aktor dan penyebabnya yaitu api. Bertolak belakang dengan Heraklitos, Parmenides berpendapat bahwa realitas merupakan keseluruhan yang bersatu, tidak bergerak dan tidak berubah. Phytagoras berpendapat bahwa bilangan adalah unsur utama alam dan sekaligus menjadi ukuran. Unsur-unsur bilangan itu adalah genap dan ganjil, terbatas dan tidak terbatas.
Jasa Phytagoras sangat besar dalam pengembangan ilmu, terutama ilmu pasti dan ilmu alam. Ilmu yang dikembangkan kemudian hari sampai hari ini sangat bergantung pada pendekatan matematika. Jadi setiap filosof mempunyai pandangan berbeda mengenai seluk beluk alam semesta. Perbedaan pandangan bukan selalu berarti negatif, tetapi justeru merupakan kekayaan khazanah keilmuan. Terbukti sebagian pandangan mereka mengilhami generasi setelahnya.
Setelah mereka kemudian muncul beberapa filosof Sofis sebagai reaksi terhadap ketidakpuasan mereka terhadap jawaban dari para filosof alam dan mengalihkan penelitian mereka dari alam ke manusia. Bagi mereka, manusia adalah ukuran kebenaran sebagaimana diungkapkan oleh Protagoras (481-411 SM), tokoh utama mereka. Pandangan ini merupakan cikal bakal humanisme. Menurutnya, kebenaran bersifat subyektif dan relatif. Akibatnya, tidak akan ada ukuran yang absolut dalam etika, metafisika, maupun agama. Bahkan dia tidak menganggap teori matematika mempunyai kebenaran absolut. Selain Protagoras ada Gorgias (483-375 SM). Menurutnya, penginderaan tidak dapat dipercaya. Ia adalah sumber ilusi. Akal juga tidak mampu meyakinkan kita tentang alam semesta karena akal kita telah diperdaya oleh dilema subyektifitas. Pengaruh positif gerakan kaum sofis cukup terasa karena mereka membangkitkan semangat berfilsafat. Mereka tidak memberikan jawaban final tentang etika, agama, dan metafisika.
Pandangan para filosof Sofis tersebut disanggah oleh para filosof setelahnya seperti Socrates (470-399 SM), Plato (429-347 SM), dan Aristoteles (384-322 SM). Menurut mereka, ada kebenaran obyektif yang bergantung kepada manusia. Socrates membuktikan adanya kebenaran obyektif itu dengan menggunakan metode yang bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan. Menurutnya, kebenaran universal dapat ditemukan. Bagi Plato, esensi mempunyai realitas yang ada di alam idea. Kebenaran umum ada bukan dibuat-buat bahkan sudah ada di alam idea.
Filsafat Yunani klasik mengalami puncaknya di tangan Aristoteles. Dia adalah filosof yang pertama kali membagi filsafat pada hal yang teoritis (logika, metafisika, dan fisika) dan praktis (etika, ekonomi, dan politik). Pembagian ilmu inilah yang menjadi pedoman bagi klasifikasi ilmu di kemudian hari. Dia dianggap sebagai bapak ilmu karena mampu meletakkan dasar-dasar dan metode ilmiah secara sistematis. Karena demikian meresapnya serta lamanya pengaruh ajaran-ajaran Plato dan Aristoteles, A.N. Whitehead memberikan catatan bahwa segenap filsafat sesudah masa hidup keduanya sesungguhnya merupakan usulan-usulan belaka terhadap ajaran-ajaran mereka. Pendapat Whitehead tidak seluruhnya benar karena umat Islam, misalnya, selain mengembangkan filsafat mereka, mereka juga melakukan inovasi di beberapa persoalan filsafat Yunani sehingga memiliki karakteristik islami.
1.       C.    Abad Pertengahan
Akal pada abad Pertengahan ini benar-benar kalah. Hal ini kelihatan dengan jelas pada filsafat Plotinus, Agustinus, Anselmus. Pada Aquinas penghargaan terhadap akal muncul kembali dan karena itu filsafatnya banyak mendapat kritik. Dan abad Pertengahan ini merupakan pembalasan terhadap dominasi akal yang hampir seratus persen pada zaman Yunani sebelumnya, terutama pada zaman Sofis.
Pemasungan akal dengan jelas terlihat pada pemikiran Plotinus. Ia mengatakan bahwa Tuhan (ia mewakili metafisika) bukan untuk dipahami, melainkan untuk dirasakan. Oleh karena itu, tujuan filsafat (dan tujuan hidup secara umum) adalah beratu dengan Tuhan. Jadi, dalam hidup ini, rasa itulah satu-satunya yang dituntut oleh kitab suci, pedoman hidup semua manusia. Filsafat rasional dan sains tidak begitu penting; mempelajarinya merupakan usaha yang sia-sia, karena Simplicius, salah seorang pengikut Plotinus, telah menutup sama sekali ruang gerak rasional, iman telah menang mutlak. Karena iman harus mutlak, orang-orang yang masih hidup juga menghidupkan filsafat (akal) harus dimusuhi.
Agustinus mengganti akal dengan iman; potensi manusia yang diakui pada zaman Yunani diganti dengan kuasa Allah. Ia mengatakan bahwa kita tidak perlu dipimpin oleh pendapat bahwa kebenaran itu relative. Kebenaran itu mutlak yaitu ajaran agama.
Ciri khas dari pada filsafat Abad Pertengahan terletak pada suatu rumusan yang terkenal yang dikemukakan oleh Saint Anselmus, yaitu credo ut intelligam. Rumusan itu berarti iman lebih dahulu, setelah itu mengerti. Imanlah lebih dahulu. Misalnya, bahwa dosa warisan itu ada, setelah itu susunlah argument untuk memahaminya, mungkin juga untuk meneguhkan keimanan itu.
Sifat ini berlawanan dengan sifat filsafat raional. Dalam filsafat rasional, pengertian itulah yang didahulukan; setelah dimengerti, baru mungkin diterima dan kalau mau; diimani. Mengikuti jalan pikiran inilah maka saya berkesimpulan bahwa jantung filsafat Abad Pertengahan Kristen terletak pada ungkapan itu. Berdasarkan penalaran itu pula maka menurut hemat saya, tokoh utama peletak kekuatan filsafat Abad Pertengahan adalah St. Anselmus.
Abad Pertengahan melahirkan juga filosof yang terkemuka yaitu Thomas Aquinas. Dia adalah salah satu diantara orang-orang yang berusaha membuat filsafat Aristoteles sesuai dengan agama Kristen[1]. Kita anggap ia menciptakan perpaduan hebat antara iman dan ilmu pengetahuan. Tekanan terhadap pemikiran rasional pada waktu ia hidup telah banyak berkurang. Oleh karena itu ia berhasil mengumumkan filsafar rasionalnya. Yang terkenal adalah beberapa pembuktian tentang adanya Tuhan yang masih dipelajari sampai sekarang.
Zaman ini ditandai dengan tampilnya pada teolog di lapangan ilmu pengetahuan. Para ilmuannya hampir semua adalah para teolog, sehingga aktivitas ilmiah terkait dengan aktivitas keagamaan. Semboyan yang berlaku bagi ilmu pada masa itu adalah ancilla theologia atau abdi agama.
Peradaban dunia Islam, terutama pada zaman Bani Umayyah telah menemukan suatu cara pengamatan astronomi pada abad VII Masehi, dan pada abad VIII Masehi telah mendirikan sekolah kedokteran dan astronomi. Pada zaman keemasan kebdayaan Islam telah medirikan penerjemahan berbagai karya Yunani, serta menjadi pembuka jalan penggunaan pecahan decimal dan berbagai konsep hitung lainnya.
Sekitar abad 600-700 M, kemajuan ilmu pengetahuan berada di peradaban dunia Islam. Sumbangan sarjana Islam dapat diklasifikasikan ke dalam tiga bidang :
§  Menerjemahkan peninggalan bangsa Yunani dan menyebarluaskannya sehingga dapat dikenal       dunia  Barat   seperti sekarang ini.
§  Memperluas pengamatan dalam lapangan ilmu kedokteran, obat-obatan, astronomi, ilmu kimia, ilmu bumi dan ilmu tumbuh-tumbuhan.
§  Menegaskan sistem desimal dan dasar-dasar aljabar.
Perhubungan antara Timur dan Barat selama Perang Salib sangat penting untuk perkembangan kebudayaan Eropa karena pada waktu ekspansi bangsa Arab telah mengambil alih kebudayaan Byzantium, Persia dan Spanyol sehingga tingkat kebudayaan Islam jauh lebih tinggi daripada kebudayaan Eropa.
1.       D.    Ilmu pengetahuan zaman Renaissance

Renaisans merupakan era sejarah yang penuh dengan kemajuan dan perubahan yang mengandung arti bagi perkembangan ilmu. Zaman yang menyaksikan dilancarkannya tantangan gerakan reformasi terhadap keesaan dan supremasi Gereja Katolik Roma, bersamaan dengan berkembangnya Humanisme. Zaman ini juga merupakan penyempurnaan kesenian, keahlian, dan ilmu yang diwujudkan dalam diri jenius serba bisa, Leonardo da Vinci. Penemuan percetakan (kira-kira 1440 M) dan ditemukannya benua baru (1492 M) oleh Columbus memberikan dorongan lebih keras untuk meraih kemajuan ilmu. Kelahiran kembali sastra di Inggris, Perancis dan Spanyol diwakili Shakespeare, Spencer, Rabelais, dan Ronsard. Pada masa itu, senimusik juga mengalami perkembangan. Adanya penemuan para ahli perbintangan seperti Copernicus dan Galileo menjadi dasar bagi munculnya astronomi modern yang merupakan titik balik dalam pemikiran ilmudan filsafat.
Bacon adalah pemikir yang seolah-olah meloncat keluar dari zamannya dengan melihat perintis filsafat ilmu. Ungkapan Bacon yang terkenal adalah Knowledge is Power (Pengetahuan adalah kekuasaan). Ada tiga contoh yang dapat membuktikan pernyataan ini, yaitu: mesin menghasilkan kemenangan dan perang modern, kompas memungkinkan manusia mengarungi lautan, percetakan yang mempercepat penyebaran ilmu.
1.       E.     Ilmu Pengetahuan Zaman Kontemporer

Perbedaan antara zaman modern dengan zaman kontemporer yaitu zaman modern adalah era perkembangan ilmu yang berawal sejak sekitar abad ke-15, sedangkan zaman kontemporer adalah era perkembangan terakhir yang terjadi hingga sekarang. Perkembangan ilmu di zaman ini meliputi hampir seluruh bidang ilmu dan teknologi, ilmu-ilmu sosial seperti sosiologi, antropologi, psikologi, ekonomi, hukum, dan politik serta ilmu-ilmu eksakta seperti fisika, kimia, dan biologi serta aplikasi-aplikasinya di bidang teknologi rekayasa genetika, informasi, dan komunikasi. Zaman kontemporer identik dengan rekonstruksi, dekonstruksi, dan inovasi-inovasi teknologi di berbagai bidang.
Sasaran rekonstruksi dan dekonstruksi biasanya teori-teori ilmu sosial, eksakta, dan filsafat yang ada sudah ada sebelumnya, sementara inovasi-inovasi teknologi semakin hari semakin cepat seperti yang kita saksikan dan nikmati sekarang ini. Teknologi merupakan buah dari perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan dari generasi ke generasi. Komputer merupakan hasil pengembangan dari perkembangan listrik (elektronika) yang pada awal penemuannya oleh Faraday belum diketahui kegunaannya. Penemuan bola lampu oleh Edison disusul oleh penemuan radio, televisi, dan komputer.[35] Dari komputer berkembang ke PC (private computer), lap top, dan terakhir simuter yaitu komputer jenis PDA (personal digital assistans).[36] Semua contoh ini merupakan bukti bahwa penemuan teknologi sebagai buah perkembangan ilmu masih berkaitan dengan penemuan-penemuan sebelumnya yang kemudian dikembangkan dengan ukuran fisik yang semakin kecil, tetapi memiliki beragam keunggulan yang lebih besar.
Salah satu hasil teknologi yang menakjubkan dan kontroversial adalah teknologi rekayasa genetika yang berupa teknologi kloning. Dr. Gurdon dari Universitas Cambridge adalah orang pertama yang melakukan teknologi ini pada tahun 1961. Gurdon berhasil memanipulasi telur-telur katak sehingga tumbuh menjadi kecebong kloning. Pada tahun 1993, Dr. Jerry Hall berhasil mengkloning embrio manusia dengan teknik pembelahan. Pada tahun 1997, Dr. Ian Wilmut berhasil melakukan kloning mamalia pertama dengan kelahiran domba yang diberi nama Dolly. Pada tahun yang sama lahir lembu kloning pertama yang diberi mana Gene. Pada tahun 1998, para peneliti di Universitas Hawai yang dipimpin oleh Dr. Teruhiko Wakayama berhasil melakukan kloning terhadap tikus hingga lebih dari lima generasi. Pada tahun 2000, Prof. Gerald Schatten berhasil membuat kera kloning yang diberi nama Tetra. Setelah berbagai keberhasilan teknik kloning yang pernah dilakukan, para ahli malah lebih berencana menerapkan teknik kloning pada manusia.[37)

[1] Jostein Gaarder, Dunia Sophie (Bandung; Mizan, 2000), 201.

Pengertian Filsafat, Ilmu, dan Filsafat Ilmu Dari beberapa Tokoh. dan Ruang Lingkupnya.


Pengertian Filsafat, Ilmu, dan Filsafat Ilmu Dari beberapa Tokoh. dan Ruang Lingkupnya.

 Oleh : Dewi Asiyah, S. Pd. I., MM. Pd

1.     Pengertian FILSAFAT


menurut beberapa tokoh adalah sebagai berikut :

Plato ( 428 -348 SM ) : Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada. 

Aristoteles ( (384 – 322 SM) : Bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu. 

Cicero ( (106 – 43 SM ) : filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni “( the mother of all the arts“ ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan ) 

Johann Gotlich Fickte (1762-1814 ) : filsafat sebagai Wissenschaftslehre (ilmu dari ilmu-ilmu , yakni ilmu umum, yang jadi dasar segala ilmu. Ilmu membicarakan sesuatu bidang atau jenis kenyataan. Filsafat memperkatakan seluruh bidang dan seluruh jenis ilmu mencari kebenaran dari seluruh kenyataan. 

Paul Nartorp (1854 – 1924 ) : filsafat sebagai Grunwissenschat (ilmu dasar hendak menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukan dasar akhir yang sama, yang memikul sekaliannya . 

Imanuel Kant ( 1724 – 1804 ) : Filsafat adalah ilmu pengetahuan yange menjadi pokok dan pangkal dari segala pengetahuan yang didalamnya tercakup empat persoalan.
Apakah yang dapat kita kerjakan ?(jawabannya metafisika )
Apakah yang seharusnya kita kerjakan (jawabannya Etika )
Sampai dimanakah harapan kita ?(jawabannya Agama )
 Apakah yang dinamakan manusia ? (jawabannya Antropologi ) 
Notonegoro : Filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah , yang disebut hakekat. 

Driyakarya : filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya sampai “mengapa yang penghabisan “. 

Sidi Gazalba : Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran , tentang segala sesuatu yang di masalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal. 

Harold H. Titus (1979 ) : (1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan; (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian ( konsep ); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat. 

Hasbullah Bakry : Ilmu Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai Ke-Tuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana sikap manusia itu sebenarnya setelah mencapai pengetahuan itu. 

2.     PENGERTIAN ILMU


M. IZUDDIN TAUFIQ
Ilmu adalah penelusuran data atau informasi melalui pengamatan, pengkajian dan eksperimen, dengan tujuan menetapkan hakikat, landasan dasar ataupun asal usulnya


# THOMAS KUHN
Ilmu adalah himpunan aktivitas yang menghasilkan banyak penemuan, bail dalam bentuk penolakan maupun pengembangannya


# Dr. MAURICE BUCAILLE
Ilmu adalah kunci untuk mengungkapkan segala hal, baik dalam jangka waktu yang lama maupun sebentar.


# NS. ASMADI
Ilmu merupakan sekumpulan pengetahuan yang padat dan proses mengetahui melalui penyelidikan yang sistematis dan terkendali (metode ilmiah)


# POESPOPRODJO
Ilmu adalah proses perbaikan diri secara bersinambungan yang meliputi perkembangan teori dan uji empiris

3.     Definisi Filsafat Ilmu

1.        Robert Ackermann
Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapat-pendapat ilmiah dewasa ini dengan perbandingn terhadap pendapat-pendapat lampau yang telah dibuktikan atau dalam kerangka ukuran-ukuran yang dikembangkan dari pendapat-pendapat demikian itu, tetapi filsafat ilmu demikian bukan suatu cabang yang bebas dari praktek ilmiah senyatanya.
2.        Peter Caws
Filsafat ilmu merupakan suatu bagian filsafat yang mencoba berbuat bagi ilmu apa yang filsafat seumumnya melakukan pada seluruh pengalaman manusia.
3.        Lewis White Beck
Filsafat ilmu mempertanyakan dan menilai metode-metode pemikiran ilmiah serta mencoba menetapkan nilai dan pentingnya usaha ilmiah sebagai suatu keseluruhan.
4.        John Macmurray
Filsafat ilmu terutama bersangkutan dengan pemeriksaan kritis terhadap pandangan-pandangan umum, prasangka-prasangka alamiah yang terkandung dalam asumsi-asumsi ilmu atau yang berasal dari keasyikan dengan ilmu.


4.     Ruang lingkup

Bidang garapan Filsafat Ilmu terutama diarahkan pada komponen‑komponen yang menjadi tiang penyangga bagi eksistensi ilmu, yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi.
meliputi apa hakikat ilmu itu, apa hakikat kebenaran dan kenyataan yang inheren dengan pengetahuan ilmiah, yang tidak terlepas dari persepsi filsafat tentang apa dan bagai­mana (yang) “Ada” itu (being Sein, het zijn). Paham monisme yang terpecah menjadi idealisme atau spiritualisme, Paham dua­lisme, pluralisme dengan berbagai nuansanya, merupakan paham ontologik yang pada akhimya menentukan pendapat bahkan ke­yakinan kita masing‑masing mengenai apa dan bagaimana (yang) ada sebagaimana manifestasi kebenaran yang kita cari.
meliputi sumber, sarana, dan tatacara mengunakan sarana tersebut untuk mencapai pengetahuan (ilmiah). Perbedaan mengenal pilihan landasan ontologik akan dengan sendirinya mengakibatkan perbedaan dalam menentukan sarana yang akan kita pilih. Akal (Verstand), akal budi (Vernunft) pengalaman, atau komunikasi antara akal dan pengalaman, intuisi, merupakan sarana yang dimaksud dalam epistemologik, sehingga dikenal adanya model‑model epistemologik seperti: rasionalisme, empirisme, kritisisme atau rasionalisme kritis, positivisme, feno­menologi dengan berbagai variasinya. Ditunjukkan pula bagai­mana kelebihan dan kelemahan sesuatu model epistemologik be­serta tolok ukurnya bagi pengetahuan (ilmiah) itu seped teori ko­herensi, korespondesi, pragmatis, dan teori intersubjektif.
meliputi nilal‑nilal (values) yang bersifat normatif dalam pemberian makna terhadap kebenaran atau ke­nyataan sebagaimana kita jumpai dalam kehidupan kita yang menjelajahi berbagai kawasan, seperti kawasan sosial, kawasansimbolik atau pun fisik‑material. Lebih dari itu nilai‑nilai juga ditunjukkan oleh aksiologi ini sebagai suatu conditio sine qua non yang wajib dipatuhi dalam kegiatan kita, baik dalam melakukan penelitian maupun di dalam menerapkan ilmu.
Dalam perkembangannya Filsafat llmu juga mengarahkan pandangannya pada Strategi Pengembangan ilmu, yang menyangkut etik dan heuristik. Bahkan sampal pada dimensi ke­budayaan untuk menangkap tidak saja kegunaan atau keman­faatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan

Sabtu, 21 September 2013

MAKALAH PENDIDIK / ANAK DIDIK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM



PENDIDIK / ANAK DIDIK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

BAB I
PEMBAHASAN
PENDIDIK/ANAK DIDIK DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM

a. Pengertian Pendidik
Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani atau rohaninya agar mencapai kedewasaannya. Mampu melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah, Khalifah di permukaan bumi, sebagai makhluk sosisal dan sebagai individu yang sanggup berdiri sendiri.
Dalam pengertian yang sederhana, penididik adalah orangyang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik, sedangkan dalam pandangan masyarakat pendidik adalah orangyang melaksanakan pendidikan di tempat-tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau/mushalla, di rumah dan sebagainya.
Istilah lain yang lazim di pergunakan untuk pendidik ialah guru. Kedua istilah tersebut bersesuaian artinya, bedanya ialah istilah guru sering kali di pakai di lingkungan pendidikan formal. Sedangkan pendidikan di pakai di lingkungan formal, informal maupun non formal.
Abudin Nata menjelaskan jika kita mencoba mengikuti petujuk al-Qur’an, akan di jumpai informasi bahwa secara garis yang menjadi pendidik dalam perspektif Islam ada empat:
• Allah SWT
• Rasul, Muhammad SAW
• Orang tua
• Orang lain
b. Pengertian Anak Didik
Dalam bahasa Arab, setidaknya ada tiga istilah yang menunjukkan makna peserta didik yaitu murid, al-tilmidz, dan al-thalib. Murid berasal dari kata Arada-yuridu-Iradatan-Muridan, yang berarti orang yang menginginkan (the willer). Pengertian ini menunjukkan bahwa seorang peserta didik adalah orang yang menghendaki agar mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kepribadianyang baik untuk bekal hidupnya agar berbahagia di dunia dan akhiratdengan jalan belajar yang sungguh-sungguh.
Sedangkan al-tilmidz tidak memiliki akar kata dan berarti pelajar. Kata ini di gunakan untuk menunjuk kepada peserta didik yang belajar di Madrasah. Sementara al-thalib berasal dari thalaba-yathlubu-thalaban-thalibun, yang berarti orang yang mencari sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa peserta didik adalah orang yang mencari ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan.dan pembentukan kepribadiannya untuk bekal masa depannya agar bahagia dunia dan akhirat. Kemudian, dalam penggunaan ketiga istilah tersebut biasanya di bedakan berdasarkan tingkatan peserta didik. Murid untuk sekolah dasar, al-tilmidz untuk sekolah menengah, dan al-thalib untuk perguruan tinggi.
Namun, menurut Abudin Nata istilah yang lebih umum untuk menyebut peserta didik adalah al-muta’allim. Istilah yang terakhir ini mencakup makna semua orang yang menuntut ilmu pada semua tingkatan, mulai dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi.
c. Syarat Pendidik
Ahmad Tafsir dalam uraiannya menyimpulkan bahwa tugas guru (pendidik) dalam Islam adalah mendidik muridnya (peserta didik) dengan cara mengajar dan dengan cara-cara lainnya, menuju tercapainya perkembangan maksimal sesuai dengan nilai-nilai Islam. untuk memperoleh kemampuan melaksanakan tugas itu secara maksimal, sekurang-kurangnya harus memenuhi syarat-syarat berikut:
• Tentang umur (harus sudah dewasa)
• Tentang kesehatan (harus sehat jasmani dan rohani)
• Tentang kemampuan mengajar (harus ahli)
• Harus berkesusilaan dan berdedikasi tinggi dan berkepribadian muslim.
Menurut Ummu Yasmin ada beberapa hal yang harus di miliki oleh seorang pendidik:
Ø Memiliki kepribadian muslim
Ø Memiliki fikrah (pola pikir) yang benar tentang Islam, akidah yang dalam, dan amal yang berkelanjutan
Ø Memiliki tsaqofah Islamiyah yang cukup dengan menguasai madah (materi-materi) pendidikan.
Dan syarat yang lebih erat hubungannya dengan tugas guru di sekolah meliputi : Guru harus adil, Percaya dan suka pada muridnya, Sabar dan rela berkorban, Berwibawa, pengembira, baik kepada rekan guru yang lain dan masyarakat, menguasai mata pelajaran, suka kepada pelajarannya dan berpengetahuan luas.
Dari keterangan di atas maka dapat di simpulkan bahwa pendidik atau guru adalah orang dewasa yang mempunyai ketakwaan kepada Allah SWT. berakhlak baik, sehat jasmaniah dan pengetahuan yang luas.
d. Tugas Pendidik
adapun tugas pendidik meliputi :
• Menyerahkan kebudayaan kepada anak didik berupa kepandaian, kecakapan, dan pengalaman-pengalaman.
• Membentuk kepribadian anak yang harmonis, sesuai cita-cita dan dasar negara kita pancasila.
• Menyiapkan anak menjadi warga Negara yang baik seesuai undang-undang pendidikan yang merupakan keputusan MPR No. II Tahun 1983.
• Sebagai perantara dalam belajar.
• Pendidik adalah sebagai pembimbing, untuk membawa anak didik ke arah kedewasaan, pendidik tidak maha kuasa, tidak dapat membentuk anak menurut sekehendaknya.
• Pendidik sebagai penghubung antara sekolah da masyarakat.
• Sebagai penegak disipin, pendidik menjadi contoh dalam segala hal, tata tertib dapat berjalan baik bila pendidik dapat menjalani lebih dahulu.
• Pendidik sebagai administrator dan menejer
• Pendidik sebagai perencana kurikulum
• Pekerjaan pendidik sebagai suatu profesi.
• Pendidik sebagai pemimpin
• Pendidik sebagai sponsor dalam kegiatan anak-anak
e. Tanggung Jawab Pendidik
Orang pertama yang bertanggung jawab tehadap perkembangan anak atau pendidikan anak adalah orang tuanya, hal ini di karenakan adanya pertalian darah secara langsung sehingga ia mempunyai rasa tanggung jawab terhadap masa depan anaknya. Orang tua di sebut juga sebagai pendidik kodrat. Tetapi karena dari pihak orang tua tidak mempunyai kemampuan, waktu dan sebagainya, maka mereka menyerahkan sebagian tanggung jawabnya kepada orang lain yang di kira mampu dan berkompoten untuk melaksanakan tugas mendidik.
Tanggung jawab seorang pendidik di antaranya :
• Bertanggung moral
• Bertanggung jawab dalam bidang pendidikan
• Bertanggung jawab kemasyarakatan
• Bertanggng jawab dalam bidang keilmuan.
f. Sifat-sifat Yang Harus Di Miliki Pendidik
Adapun menurut Prof. Dr. Moh. Athiyah al-Abrasyi, bahwa seorang pendidik harus memiliki sifat-sifat tertentu agar ia dapat melaksnakan tugas-tugasnya dengan baik, seperti yang di ungkapkan oleh beliau adalah :
1. Memiliki sifat zuhud, dalam artian tidak mengutamakan materi dan mengajar karena mencari ridha Allah.
2. Seorang guru harus jauh dari dosa besar.
3. Ikhlas dalam pekerjaan.
4. Bersifat pemaaf.
5. Harus mencintai peserta didiknya.
g. Anak Didik Dalam Perspektif
Peserta didik dalam perspektif Pendidikan Islam adalah sebagai objek sekaligus subjek dalam proses pendidikan. Ia adalah orangyang belajar untuk menemukan ilmu, karena dalam Islam di yakini ilmu hanya berasal dari Allah,maka seorang peserta didik mesti berupaya untuk mendekatkan dirinya kepada Allah denan senantiasa mensucikan dirinya dan taat kepada perintah-Nya. Namun untk memperoleh ilmu yang berasal dari Allah tersebut, seorang peserta didik mesti belajar pada orangyang telah di beri ilmu, yaitu guru atau pendidik.
Konsep pendidik dan peserta didik dalam perspektif pendidikan Islam memiliki karekteristik tersendiri yang sesuai dengan karekteristik pendidikan Islam itu sendiri. Karekteristik ini akan membedakan konsep pendidik dan peserta didik dalam pandangan pendidikan lainnya. Hal itu juga dapat di telusuri melalui tugas dan persyaratan ideal yang harus di miliki oleh seorang pendidik dan peserta didik yang di kehendaki oleh Islam. Tentu semua itu tidak terlepas dari landasan ajaran Islam itu sendiri, yaitu al-Qur’an dan Sunnah yang menginginkan perkembangan pendidik dan peserta didik. Tidak bertentangan dengan ajaran kedua landasan tersebut sesuai dengan pemahaman maksimal manusia.
h. Pendidik Dalam Perspektif Pendidikan Islam
Dalam perspektif pendidikan Islam, pendidik termasuk ulama. Tegasnya, pendidik adalah pewaris para Nabi. Ini bisa di lihat misalnya pada contoh hadits berikut :
“…..اْلعُلَمَاءُ وَرَاثَتُ اْلاَنْبِيَاءِ…..”
Artinya :….para ulama (pendidik ) adalah pewaris para Nabi (dari Abu Darda r. a dan di riwayatkan oleh Ibnu Majah)
Hadits di atas juga menunjukkan bahwa Rasulullah SAW. memberikan perhatian yang besar trhadap “pendidik” sekaligus mmberikan posisi terhormat keadanya. Hal ini beralasan mengingat kepada peran pendidik sangat menentukan dalam mendidik manusia untuk tetap konsisten dan komitmen dalam menjalankan risalah yang di bawa oleh Rasulullah SAW.
i. Pendidikan Dalam Perspektif Pendidikan Islam
Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik. Tak heran bila kini pemerintah mewajibkan program belajar 9 tahun agar masyarakat menjadi pandai dan beradab. Pendidikan juga merupakan metode pendekatan yang sesuai dengan fitrah manusia yang memiliki fase tahapan dalam pertumbuhan.
Metode dalam pendidikan Islam merupakan suatu metode yang khas dan tersendiri, baik dari segi alat-alat maupun segi tujuan-tujuannya, dengan suatu bentuk yang nyata dan menarik perhatian serta membangkitkan minat untuk memiliki sumber ideologinya yang khas dalam perjalanan sejarah. Ruang lingkup dan keleluasaan system pendidikan islam tidak boleh keluar dari keterpaduan tujuan dan cara. Didalam sistem pendidikan islam terdapat satu cara dan satu tujuan untuk dapat menyatukan kepribadian yang pecah untuk dapat mencapai satu tujuan yang lurus dan bulat. Inilah keistimewaan dari sistem pendidikan islam yang berbeda dengan sistem pendidikan buatan manusia yang pada umumnya memiliki tujuan yang relatif sama meskipun alat-alat yang digunakan untuk memenuhi tujuan tersebut berbeda-beda sesuai dengan pengaruh lingkungan dan kondisi sejarah, sosial, politik dan sebagainya.Sistem pendidikan buatan manusia pada umumnya bermuara dalam suatu tujuan pendidikan yaitu membentuk “ nasionalisme sejati “. Sedangkan islam, tidak mengurung dirinya pada batas-batas yang sempit itu dan tidak hanya berusaha membentuk “ nasionalis sejati “ akan tetapi berusaha untuk mewujudkan suatu tujuan yang lebih besar dan menyeluruh, yaitu membentuk “ manusia sejati”.
Islam dalam membentuk manusia yang baik itu tidak membiarkan manusia berada dalam kebimbangan dan terus menerus berjalan didalam kegelpan, dimana masing-masing membentuk dirinya menurut kemauannya sendiri. Akan tetapi islam menetapkan ciri-ciri manusia secara cermat dan jelas, serta menggaris strategi yang dapat mengantarkan mereka untuk mencapai tujuan itu.

















BAB II
PENUTUP
Kesimpulan
- Pendidik adalah orang dewasa yang bertanggung jawab memberi bimbingan atau bantuan kepada anak didik dalam perkembangan jasmani atau rohaninya agar mencapai kedewasaannya.
- peserta didik adalah orang yang menghendaki agar mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman dan kepribadianyang baik untuk bekal hidupnya agar berbahagia di dunia dan akhirat dengan jalan belajar yang sungguh-sungguh.
- Orang pertama yang bertanggung jawab tehadap perkembangan anak atau pendidikan anak adalah orang tuanya, hal ini di karenakan adanya pertalian darah secara langsung sehingga ia mempunyai rasa tanggung jawab terhadap masa depan anaknya.
- Peserta didik dalam perspektif Pendidikan Islam adalah sebagai objek sekaligus subjek dalam proses pendidikan. Ia adalah orangyang belajar untuk menemukan ilmu, karena dalam Islam di yakini ilmu hanya berasal dari Allah,maka seorang peserta didik mesti berupaya untuk mendekatkan dirinya kepada Allah denan senantiasa mensucikan dirinya dan taat kepada perintah-Nya.
- Dalam perspektif pendidikan Islam, pendidik termasuk ulama. Tegasnya, pendidik adalah pewaris para Nabi. Ini bisa di lihat misalnya pada contoh hadits berikut: “اْلعُلَمَاءُ وَرَاثَتُ اْلاَنْبِيَاء”
- Pendidikan merupakan kata kunci untuk setiap manusia agar ia mendapatkan ilmu. Hanya dengan pendidikanlah ilmu akan didapat dan diserap dengan baik.







DAFTAR PUSTAKA
- lmu pendidikan Islam, Dra. Hj. Nur Uhbiyati, cv. Pustaka Setia, 1998.
-Hartoto
- Deninursamsi, wordpress. Com/2009/04, di unduh rabu 27 Oktober 2010 pukul 14.00 Pm
- Zainal Muttaqin, http://izaskia.wordpress.com/2009/12/13/hakekat-pendidik-dalam-pandangan-islam-bagian-3-dari-5-seri-tulisan/#_ftn1 di unduh,selasa 02 Nopember 2010 pukul 03:00 Pm.
- Azzamcollege.wordpress.com/2009/11/15/pendidikan-dalam-perspektif-islam/ di unduh,selasa 02 Nopember 2010 pukul 03:05 Pm.